dr. Tunggul D. Situmorang, Sp.PD-KGH, Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Ginjal dan Hipertensi dan dr. Irawan Septian Nugroho, MBBS, MMed (Int. Med), Medical Lead Bayer Indonesia dalam kelas media bertajuk “The Science Behind: The Importance of 24-hour Hypertension Management” pada Kamis (20/11/2025) di Jakarta. Foto: Ochi April
BsnisLife.com — Ketidakpahaman pasien mengenai penyakit hipertensi masih menjadi tantangan besar dalam upaya pengendalian tekanan darah. Banyak pasien belum memahami bahwa hipertensi bukan sekadar angka pada alat pengukur tekanan darah.
Hal ini disampaikan dr. Tunggul D. Situmorang, Sp.PD-KGH, Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Ginjal dan Hipertensi, dalam kelas media bertajuk “The Science Behind: The Importance of 24-hour Hypertension Management” pada Kamis (20/11/2025) di Jakarta.
“Kita sering melihat pasien merasa sudah ‘normal’ hanya karena angkanya terlihat baik saat periksa. Padahal itu belum tentu menggambarkan kondisi sebenarnya. Edukasi itu penting,” ujarnya.
Ia menambahkan, salah satu kesalahpahaman terbesar adalah anggapan bahwa hipertensi selalu menimbulkan keluhan.
“Penyakit tekanan darah tinggi itu sering tanpa keluhan. Banyak pasien justru merasa pusing atau mual setelah minum obat, lalu mengira obatnya salah. Akhirnya mereka berhenti minum obat,” katanya.
Hipertensi: Penyakit Tanpa Gejala yang Berbahaya
dr. Tunggul menjelaskan bahwa pasien sering menolak minum obat karena merasa sehat. Padahal kerusakan organ akibat hipertensi berlangsung tanpa gejala.
“Kalau tekanan darah tidak terkontrol, lama-lama jantungnya membesar. Itu tidak terasa. Setelah jantungnya membesar, risiko serangan jantung meningkat dan kerusakannya tidak bisa dikembalikan,” tuturnya.
Ia menekankan pentingnya pencegahan primer bagi mereka yang belum mengalami kerusakan organ, serta pencegahan sekunder untuk pasien yang sudah mengalami gangguan seperti pembesaran jantung atau gangguan ginjal.
“Kalau sudah terjadi kerusakan, kita hanya bisa memperlambatnya. Karena itu edukasi dan kepatuhan menjadi kunci,” jelasnya.
Kesalahan Umum
Menurut dr. Tunggul, pasien yang sering berpindah dokter atau berharap ada “obat sekali minum langsung sembuh” justru sulit mencapai tekanan darah yang stabil.
“Tidak ada obat yang bisa menyembuhkan hipertensi dalam sekali minum. Hipertensi itu berubah sepanjang hidup. Jadi pola pikir ‘sekarang tidak apa-apa’ sangat berbahaya,” ujarnya.
Menurut di, bahwa pengukuran tekanan darah secara rutin di rumah merupakan salah satu komponen terpenting dalam penanganan hipertensi.
“Diagnosis harus benar. Untuk itu, pemantauan di rumah sangat membantu. Pasien tidak perlu sering-sering ke dokter, cukup mencatat tekanan darah dengan benar dan mengirimkan datanya. Dari situ, dokter bisa tahu apakah obat perlu ditambah atau disesuaikan,” jelasnya.
Tunggul juga mengingatkan agar pasien tidak terlalu cepat menyimpulkan bahwa obat tidak bekerja. “Untuk hipertensi, efek obat itu 1–2 minggu baru bisa dievaluasi. Banyak yang baru tiga hari minum obat sudah ingin diganti. Itu keliru,” tegasnya.
dr. Tunggul menjelaskan bahwa hipertensi harus dikaitkan dengan pemeriksaan organ berisiko atau Hypertension-Mediated Organ Damage (HMOD), seperti:pembesaran jantung, kebocoran protein ginjal, gangguan fungsi ginjal, serta faktor risiko lain seperti diabetes dan kolesterol tinggi.
Banyak kasus stroke terjadi tiba-tiba karena pasien tidak sadar sudah berada dalam kelompok risiko tinggi. “Apalagi kalau ada riwayat keluarga hipertensi dan diabetes. Itu harus lebih waspada,” katanya.
Pentingnya Teknologi Pemantauan
Dalam acara tersebut juga dibahas inovasi teknologi OROS yang digunakan dalam formulasi nifedipine KITS. Teknologi ini disebut dapat membantu pasien mendapatkan pengendalian tekanan darah yang lebih stabil selama 24 jam.
dr. Irawan Septian Nugroho, MBBS, MMed (Int. Med), Medical Lead Bayer Indonesia, menjelaskan, Teknologi OROS bekerja dengan memanfaatkan tekanan osmotik untuk mendorong kandungan dalam Nifedipine keluar dari tabletnya secara perlahan dan konsisten sepanjang hari.
“Hasilnya, kadar obat dalam darah tetap datar dan stabil selama 24 jam. Ini membantu pasien mencapai kontrol tekanan darah yang lebih konsisten dengan konsumsi hanya sekali sehari. Manfaat lanjutannya, kepatuhan pasien cenderung meningkat.”
Studi klinis berskala besar seperti INSIGHT dan ACTION menunjukkan bahwa Nifedipine GITS (OROS) memiliki profil keamanan dan efektivitas tinggi. Dalam studi jangka panjang lebih dari 5 tahun, Nifedipine GITS terbukti memberikan penurunan tekanan darah yang stabil tanpa menyebabkan hipotensi atau peningkatan detak jantung.
“Melalui edukasi berbasis sains dan penyediaan obat inovatif seperti Nifedipine GITS berteknologi OROS di Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), Bayer berkomitmen mendukung manajemen hipertensi yang optimal untuk melindungi pasien Indonesia dari komplikasi serius dan membantu mereka menjalani hidup yang lebih sehat dan produktif,” tutur dr. Irawan.
