Psikolog anak Vera Itabiliana Hadiwidjojo. Foto/Istimewa
BisnisLife.com – Bermain sering kali dianggap sebagai aktivitas ringan yang hanya bertujuan untuk mengisi waktu luang anak.
Namun, menurut psikolog anak Vera Itabiliana Hadiwidjojo, bermain sejatinya adalah bagian penting dari proses tumbuh kembang anak dan memiliki manfaat yang jauh lebih dalam daripada sekadar hiburan.
Dalam konferensi pers yang diselenggarakan oleh susu pertumbuhan LACTOGROW pada Rabu, 24 April 2025, Vera menekankan bahwa bermain adalah aktivitas alami yang tidak perlu dipaksakan pada anak.
Vera, mengutip filosofi Maria Montessori, “Play is the work of the child.”, mengatakan:
“Bermain itu aktivitas yang sudah diberikan pada anak-anak. Kita sebagai orang tua tidak perlu repot-repot mengajak mereka bermain, karena bermain memang sudah menjadi ‘pekerjaan’ mereka.”
Melalui bermain, anak-anak tidak hanya bersenang-senang, tapi juga belajar mengenal diri mereka sendiri, orang lain, dan lingkungan sekitar.
“Lewat bermain, anak bisa mengenali bahwa ketika ia menghentakkan kaki atau menyanyikan lagu, ada sensasi yang muncul. Itu adalah bentuk awal dari eksplorasi sensorik mereka,” jelas Vera.
Ia juga menceritakan pengalamannya sebagai orang tua, bahwa kerusakan barang-barang di rumah lebih sering terjadi akibat rasa ingin tahu anak yang sedang bereksplorasi, bukan karena mainan mereka rusak.
“Itu juga bentuk bermain. Anak ingin tahu bagaimana cara kerja benda-benda di sekitarnya,” ujarnya.
Manfaat Bermain bagi Perkembangan Anak
Vera menjabarkan beragam manfaat bermain, mulai dari aspek sensorik, motorik, hingga emosi dan sosial. Dalam psikologi, menurutnya, terdapat tujuh saluran sensorik yang diasah lewat bermain, tidak hanya lima pancaindra, tetapi juga vestibular (keseimbangan) dan proprioseptif (perencanaan gerak).
“Misalnya saat anak meniti balok, mereka sedang melatih keseimbangan dan kemampuan motorik. Atau saat bermain domino, mereka melatih perencanaan gerak dan koordinasi,” kata Vera.
Selain itu, bermain juga membantu mengembangkan kreativitas dan imajinasi anak, terutama saat mereka melakukan permainan peran seperti berpura-pura menjadi dokter, guru, atau koki.
Dalam konteks sosial, bermain mengajarkan anak untuk bergiliran, meminjam, menyelesaikan konflik, hingga mengelola emosi ketika menghadapi kegagalan, seperti bangunan balok yang rubuh.
“Lewat bermain, anak belajar mengenali emosinya. Ketika merasa kesal karena mainannya tidak jadi, mereka belajar untuk mengatur perasaan dan mencari solusi,” tambahnya.
Lebih dari Sekadar Quality Time
Vera juga menekankan pentingnya bermain bersama orang tua. Menurutnya, momen ini bisa memperkuat ikatan emosional, melatih regulasi emosi anak, serta mendorong perkembangan sosial-emosional yang lebih sehat.
“Ketika kita ikut bermain, anak merasa didukung. Kita bisa jadi motivator saat mereka frustasi, sekaligus mengajarkan nilai-nilai seperti sabar, gantian, atau menyemangati saat mereka hampir menyerah,” ujar Vera.
Ia menambahkan bahwa bermain bersama juga membantu orang tua lebih tenang, karena saat berinteraksi hangat dengan anak, hormon oksitosin—yang dikenal sebagai hormon cinta dan penurun stres—akan dilepaskan oleh tubuh.
Merujuk pada pedoman WHO, anak usia dini dianjurkan untuk aktif bergerak setidaknya 180 menit per hari. Vera menegaskan bahwa aktivitas bermain fisik tidak hanya menyehatkan, tapi juga berkontribusi pada kesiapan anak menghadapi dunia luar, termasuk kesiapan belajar di sekolah.
“Sering kali orang tua mengeluh anaknya tak bisa diam. Justru itu bagus. Energi yang keluar lewat aktivitas fisik membuat anak lebih tenang saat harus duduk dan fokus. Ini penting untuk membangun kemampuan konsentrasi mereka,” jelas Vera.
Melalui permainan yang mengandung aturan, anak juga belajar tentang disiplin, kerja sama, dan ketekunan.
“Bermain bukan hanya menghabiskan waktu, tetapi juga melatih kesiapan mental dan fisik anak menghadapi tantangan ke depan,” tambahnya.
Tips Agar Bermain dengan Anak Jadi Menyenangkan
Agar momen bermain bersama anak berjalan optimal, Vera membagikan kiat sederhana yang dirangkumnya dalam singkatan “MAIN-KAN”:
– Menjadi teman bermain anak – Jadilah ‘mainan’ yang paling menyenangkan untuk anak.
– Aktivitas sesuai usia – Pilih permainan yang cocok dengan usia dan tahap perkembangan anak.
– Interaktif dan dua arah – Bermain harus melibatkan komunikasi dan kontak sosial, bukan sekadar duduk bersama tapi sibuk dengan gadget masing-masing.
– Nutrisi aspek perkembangan – Mainkan permainan yang mendukung perkembangan kemampuan tertentu (bicara, motorik, sosial).
– Kurangi larangan berlebihan – Biarkan anak bereksplorasi selama tidak membahayakan.
– Ajak anak terlibat aktif – Libatkan anak dalam memilih aktivitas bermain.
-Nikmati waktu bersama – Lupakan sejenak pekerjaan dan hadir penuh untuk anak saat bermain.
“Main itu jangan main-main. Bermain punya makna dan manfaat besar dalam mendukung tumbuh kembang anak,” tutur Vera.
Untuk artikel lainnya, lihat terus BisnisLife.com dan Instagram BisnisLife.