Travel

Surebro, Cara Kemenparekraf Tanggulangi Krisis Kepariwisataan

BisnisLife.com – Menparekraf Sandiaga Uno meyakini kehadiran sistem Surebro! (Surveilance, Response, dan Broadcast).

Sistem ini dikeluarkan oleh Biro Komunikasi Kemenparekraf/Baparekraf untuk mampu menanggulangi isu-isu yang memicu krisis kepariwisataan secara cepat dan akurat.

Dalam webinar Sistem Terpadu Manajemen Komunikasi Krisis di Sektor Parekraf, Rabu (25/10/2023), Sandiaga mengatakan:

“Bisnis pariwisata adalah bisnis reputasi yang dirasakan oleh wisatawan melalui persepsi penginderaan.”

“Sehingga, ketika reputasi tersebut terganggu oleh suatu hal yang kurang sesuai dengan persepsi wisatawan.”

“Maka hal tersebut akan memicu terjadinya krisis kepariwisataan.

“Krisis reputasi adalah pintu awal ancaman krisis kepariwisataan. Jika ada berita buruk yang menimbulkan ketidakpastian dan kegelisahan seperti saat pandemi, ini harus segera kita atasi.”

BACA:

Salah satu upaya mencegah terjadinya krisis tersebut adalah komunikasi yang strategis yang mampu mengurangi dampak negatif dari krisis kepariwisataan.

Dan meredam kegelisahan berbagai pihak, terutama wisatawan dan pelaku parekraf.

Untuk itu, kehadiran sistem Surebro! yang dikeluarkan oleh Biro Komunikasi Kemenparekraf/Baparekraf diyakini mampu menanggulangi dampak dari krisis kepariwisataan seperti yang terjadi saat pandemi COVID-19.

“Ini tentunya akan memperkuat sinergi dan kolaborasi lintas kementerian/lembaga dan narasi yang baik di tingkat pariwisata daerah sehingga (krisis) ini bisa ditangani bersama-sama,” katanya.

Sesmenparekraf/Sestama Baparekraf, Ni Wayan Giri Adnyani mengatakan:

“Sektor parekraf sangat rentan dipengaruhi oleh krisis yang bisa berdampak pada sisi ekonomi, penciptaan lapangan kerja, dan pembangunan infrastruktur.”

“Oleh karena itu, perlu ada penanggulangan krisis yang holistik dengan mengedepankan komunikasi yang efektif yang melibatkan banyak elemen dan komponen.

Sebab, sistem terpadu manajemen komunikasi krisis ini tidak dapat berjalan sendiri tanpa dukungan pemangku kepentingan parekraf.

Serta dinas pariwisata dan kementerian/lembaga sebagai kontributor informasi resmi.

“Komunikasi yang efektif adalah salah satu sumber daya terpenting dalam mengelola krisis.”

“Komunikasi harus dilakukan dalam semua tahapan krisis, yaitu sebelum, pada saat,dan setelah krisis.”

“Melalui komunikasi krisis yang efektif, kita dapat memahami risiko yang kita hadapi; memberikan informasi yang lebih lengkap, akurat, dan cepat.”

“Serta meredam peredaran disinformasi dan misinformasi yang dapat memperburuk kondisi krisis,” ungkap Giri.

Sementara itu, Kepala Biro Komunikasi Kemenparekraf/Baparekraf I Gusti Ayu Dewi Hendriyani menjelaskan:

“Sistem Manajamen Terpadu Komunikasi Krisis Surebro! adalah terobosan baru untuk organisasi Kemenparekraf yang memiliki lima nilai inovasi.”

“Yaitu terciptanya sistem manajemen yang terpadu, kebaharuan, penyesuaian pada struktur organisasi, berkelanjutan, dan sesuai dengan nilai-nilai organisasi Kemenparekraf.”

Pemanfaatan sistem Surebro! dalam menanggulangi krisis kepariwisataan dilakukan melalui tiga langkah, yaitu:

1. Surveilance, dengan melihat sentimen publik melalui crisis detection analysis (CDA) dan media monitoring. Selanjutnya, potensi-potensi tersebut dikategorikan menjadi tiga dampak terhadap sektor parekraf, yaitu rendah (low), menengah (medium), dan tinggi (high).

2. Response, dengan strategi asesmen risiko krisis, tindakan pada 15 menit, 30 menit, dan satu jam pertama, serta tindakan ketika krisis berlanjut sampai pada penyiapan press release.

3. Broadcast, dengan amplifikasi pada owned media dan paid media Kemenparekraf, PR-ing, dan Forum Manajemen Krisis Parekraf daerah

“Salah satu produk monitoring yang kami miliki di komunikasi krisis adalah Crisis Detection Analysis.”

“Jadi ini adalah pemantauan kami terhadap isu-isu di sektor parekraf dan yang kami deteksi potensi krisisnya ke depannya.”

“Dan kemudian kami mitigasi sejak dini sebelum isu tersebut semakin besar dengan menyusun rekomendasi tindak lanjut manajemen komunikasi krisis.”

“Dengan output seperti standby statement, press release, infografis, maupun poster,” ujar Dewi.

Irfan Laskito

Recent Posts

Cara Ikut myBCA Pro Gamer Academy

BisnisLife.com - Untuk Anda yang hobi gaming, bisa mengikuti myBCA Pro Gamer Academy (in association…

8 jam ago

Telkomsel dan ZTE Kerja Sama Terapkan Hyper AI

BisnisLife.com - Telkomsel bersama ZTE Corporation, telah menerapkan solusi jaringan berbasis kecerdasan buatan (AI) dan…

8 jam ago

Hyundai TUCSON Hybrid dan Bensin Hadir Mulai Rp630 Jutaan

BisnisLife.com - PT Hyundai Motors Indonesia resmi merilis new TUCSON di Indonesia dengan harga mulai Rp630 jutaan.…

9 jam ago

Bank bjb Kini Jadi BPD Pertama Penyimpan Dana Margin di Indonesia

BisnisLife.com - Bank bjb terus memperkuat posisi bisnisnya dengan menjalin berbagai sinergi strategis demi memberikan manfaat…

9 jam ago

Kementerian PU Dukung Kelancaran Lalu Lintas Nataru 2024/2025

BisnisLife.com - Dalam rangka kesiapan menghadapi Natal 2024 dan Tahun Baru 2025 (Nataru) Wakil Menteri Pekerjaan…

9 jam ago

Bappebti Rilis Rating Pialang Berjangka Juli-September 2024

BisnisLife.com - Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) kembali merilis penilaian berkala (rating) pialang berjangka…

9 jam ago

This website uses cookies.