Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Kalahkan Perancis & Jerman

0
Ilustrasi Grafik daya inflasi april saing indonesia pertumbuhan tarif bea masuk ekonomi Indonesia rating

Ilustrasi Grafik. Sumber: Pexels.

BisnisLife – Dengan berbagai tantangan ekonomi global Indonesia masih dapat meraih pertumbuhan ekonomi 5,05 persen pada tahun 2023.

Hambatannya meliputi dari potensi pelambatan ekonomi, peningkatan tensi geopolitik, risiko inflasi, hingga perubahan iklim.

Pertumbuhan ekonomi nasional pada Triwulan IV-2023 justru kembali mencatatkan angka solid sebesar 5,04% (yoy) atau lebih tinggi dari Triwulan III-2023 yang tumbuh sebesar 4,94% (yoy).

Secara full year, pertumbuhan ekonomi nasional di sepanjang tahun 2023 juga mencatatkan pertumbuhan yang mengesankan sebesar 5,05% (ctc).


BACA:


Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam Konferensi Pers Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan IV Tahun 2023, Senin (5/02), mengatakan:

“Kalau kita lihat dengan angka ini maka angka kita lebih tinggi dari consensus forecast yang pada waktu itu diperkirakan pertumbuhan ekonomi kita di tahun 2023 adalah 5,03%,” ungkap

Secara lebih rinci, capaian positif pertumbuhan ekonomi nasional pada Triwulan IV-2023 tersebut ditopang dengan penguatan kinerja sejumlah komponen pada sektor lapangan usaha.

Tercatat, sektor konstruksi mampu tumbuh sebesar 7,68% (yoy) dan menjadi kontributor pertumbuhan terbesar kedua setelah industri pengolahan yang memiliki capaian sebesar 4,07 (yoy).

Selain itu, pertumbuhan ekonomi secara full year tahun 2023 yang menunjukkan kinerja impresif juga ditopang oleh komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga.

Konsumsi ini tumbuh sebesar 4,82% (yoy), serta Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) yang mencapai 4,40% (yoy).

Lebih lanjut dari sisi lapangan usaha, sektor yang mengalami pertumbuhan signifikan yakni transportasi dan pergudangan sebesar 13,96% (yoy).

Sedangkan pada sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi dialami oleh konsumsi Lembaga Non-Profit Rumah Tangga (LNPRT) sebesar 9,83% (yoy).

Terjaganya pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan PMTB, serta meningkatnya pertumbuhan sektor konstruksi tersebut merupakan implikasi dari:

  • Upaya yang telah dijalankan Pemerintah dalam menstimulasi perekonomian nasional pada Triwulan IV-2023 lalu.

Seperti stimulus sektor perumahan melalui kebijakan PPN Perumahan Ditanggung Pemerintah dan pemberian subsidi biaya administrasi bagi perumahan Masyarakat Berpenghasilan Rendah.

Selain itu, penebalan bansos untuk mitigasi El Nino dan menjaga daya beli, serta akselerasi penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk penguatan UMKM.

Secara spasial, seluruh wilayah di Indonesia juga terus mengalami penguatan dengan dominasi kontribusi terbesar kepada PDB nasional berasal dari Pulau Jawa yakni mencapai 57,05%.

Pertumbuhan ekonomi yang signifikan juga dicapai oleh:

  • Provinsi Maluku Utara 20,49%
  • Sulawesi Tengah 11,91%, yang ditopang oleh kinerja industri pengolahan logam dasar sebagai implikasi dari kebijakan hilirisasi.

Dengan berbagai capaian kondisi perekonomian nasional tersebut, Indonesia mampu menjadi salah satu negara yang tumbuh kuat dan persisten berada di level yang tinggi dibandingkan dengan sejumlah negara lain.

Pertumbuhan ekonomi nasional sepanjang tahun 2023 mampu melampaui beberapa negara seperti:

  • Malaysia (3,77%)
  • Korea Selatan (1,36%),

Dan lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi negara G-20 seperti AS (2,5%), Perancis (0,9%) maupun Jerman yang mengalami kontraksi (-0,3%).

Ke depan, prospek perekonomian nasional juga dinilai masih akan memiliki capaian optimal dengan ditunjukkan oleh angka PMI Manufacturing Indonesia yang terus berada di level ekspansif pada Januari 2024 sebesar 52,9.

Hal tersebut memberikan optimisme bahwa geliat ekonomi nasional semakin membaik, dan menjadi modal bagi pencapaian target ekonomi mendatang seiring dengan proyeksi perbaikan ekonomi global.

“Dengan proyeksi yang ada, pertumbuhan ekonomi Indonesia itu berbagai lembaga memprediksi pertumbuhan Indonesia sampai tahun 2025.”

“Seperti IMF masih memprediksi kita di angka 5%, kemudian World Bank antara 4,9%-5%, dan OECD di angka 5,2%.

“Jauh diatas rata-rata proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia dan diatas pertumbuhan ekonomi emerging market seperti Tiongkok.”

“Oleh karena itu, kebijakan berkelanjutan yang diambil menjadi kunci pertumbuhan perekonomian ke depan walaupun kita menyadari ada risiko-risiko ke depan,” tutup Menko Airlangga.

Guna memastikan stabilitas dan ketahanan ekonomi ke depan, sejumlah kebijakan prioritas telah disiapkan Pemerintah, seperti:

  • Revitalisasi mesin konvensional melalui peningkatan produktivitas dan daya saing dengan Program Kartu Prakerja,
  • Pelatihan vokasi, dan implementasi UU Cipta Kerja,
  • Pembangunan infrastruktur dengan melanjutkan Proyek Strategis Nasional (PSN),
  • Pembangunan MRT dan kereta cepat,
  • Kawasan Ekonomi Khusus (KEK),
  • Ibu Kota Nusantara (IKN),
  • Reforma Agraria, perluasan kerja sama internasional, dan penguatan ketahanan pangan.

Selain itu, Pemerintah juga akan mendorong mesin perekonomian baru melalui:

  • Digitalisasi, transisi energi berkelanjutan, industrialisasi dengan hilirisasi yang dapat meningkatkan nilai tambah ekonomi.

Selanjutnya, penguatan ketahanan sosial dan pemberdayaan ekonomi masyarakat juga akan dilakukan Pemerintah melalui berbagai perlindungan sosial:

  • Termasuk menjaga daya beli masyarakat rentan, pembiayaan mikro, dan padat karya tunai.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *