Pentingnya Peran Support System bagi Pasien Kanker Paru
BisnisLife.com – Kanker paru adalah penyakit kanker bagi pasien dengan angka kasus ketiga terbanyak di Indonesia.
Hal ini berdasarkan data kebanyakan penderitanya adalah para pria.
Menurut data dari Global Burden of Cancer Study (Globocan) tahun 2020, terdapat 34,783 kasus baru kanker paru di Indonesia dan 30,843 penderita meninggal dunia.
Sehingga menjadikan penyakit ini memiliki angka penyebab kematian akibat kanker paling tinggi dibandingkan dengan jenis kanker lainnya.
Memperingati Bulan Kesadaran Kanker Paru di bulan November, MSD Indonesia (nama dagang Merck & Co., Inc., Rahway, N.J., USA) mengadakan acara edukasi Kesehatan untuk masyarakat luas terkait penyakit kanker paru.
MSD Indonesia bekerja sama dengan Yayasan Kanker Indonesia (YKI) mengadakan acara dengan mengangkat tema:
- “Setiap Detik, Setiap Jam, Setiap Hari, Setiap Tambahan Hari Esok Akan Sangat Berarti Untuk Pasien Kanker Paru dan Keluarganya.”
BACA:
- 9 Tanda-tanda Kekurangan Cairan atau Dehidrasi
- 9 Kegiatan Sehari-hari untuk Ringankan Depresi
- Menekan Tombol Tunda Alarm Memberikan Manfaat Kesehatan
Penderita Kanker Usia Produktif
Lebih lanjut, diketahui pula bahwa lebih dari 70 persen pasien kanker paru di Indonesia merupakan usia produktif; 59 tahun atau bahkan lebih muda.
George Stylianou, Managing Director MSD Indonesia, menyatakan, “Jika seseorang terdiagnosis kanker paru, hal ini tidak hanya berdampak pada kehidupan pasien itu sendiri, tetapi juga keluarga, teman, dan komunitasnya.”
Ia melanjutkan, MSD berkomitmen untuk berkolaborasi dan bekerja sama dengan seluruh pemangku kepentingan agar bersama-sama dapat meningkatkan kelangsungan hidup pasien kanker di Indonesia.
“Kami percaya, setiap pasien kanker di Indonesia berhak mendapatkan pengobatan yang terbaik, memiliki support system yang optimal, sehingga dapat bertemu lebih banyak hari esok, dan menjadikan hari-hari mereka lebih bermakna,” tutur George.
Ketua Umum YKI Prof. Dr. dr. Aru Wisaksono Sudoyo, Sp.PD-KHOM, FACP, menjelaskan, setiap pasien pastinya memiliki kondisi yang berbeda-beda, baik fisik dan juga mental.
“Untuk itu, peran perawat, tenaga medis maupun support system dari orang-orang sekitar, merupakan hal vital bagi para pasien.”
Pasien Kanker Butuh Support System
Ia menambahkan, support system tersebut diharapkan bisa menjadi sumber kekuatan bagi para pasien untuk menjalani ragam perawatan dan memiliki optimisme menghadapi pengobatannya untuk mendapatkan hasil yang terbaik.
Putri Indro “Warkop” sekaligus caregiver alm. Ibunda yang meninggal karena mengidap kanker paru pun mengakui pentingnya peran support system dalam masa perawatan.
“Saya ingat sekali, ketika almarhumah Ibu saya didiagnosis mengidap kanker paru, saya merasa dunia saya runtuh seketika,” ujarnya.
“Apalagi bagi almarhumah Ibu saya. Sudah pasti, dunianya pun hancur berantakan juga. Tapi, saya tidak bisa terus hanyut dalam kehancuran itu. Ibu dan keluarga butuh pegangan untuk bertahan dan melalui cobaan yang kami terima ini,” tutur Hada.
Sebagai penyintas kanker paru dan Anggota Yayasan Kanker Indonesia (YKI), Retno Noto Soedjono pun merasakan pentingnya support system yang ia miliki ketika harus bertaruh melawan kanker paru stadium awal.
“Ketika dokter mendiagnosis saya dengan kanker, seketika saya tidak tahu harus bagaimana nasib hidup saya kedepannya,” kata dia.
“Secara emosional saya terguncang dan rasanya ingin menyerah. Tapi, saya bersyukur sekali karena keluarga saya selalu ada dan hadir untuk memberikan saya dukungan.”
Berita Hoaks tentang Kanker Paru
Hal lain yang berpotensi menggerus emosi dan psikologis adalah banyaknya berita misinformasi (hoaks) yang beredar tentang kanker paru ini.
Dari minuman probiotik dapat mencegah kanker paru, memakai masker terus menerus dapat menyebabkan kanker paru hingga diagnosa sendiri saat gejala kanker paru muncul.
Berita-berita yang sensasional seperti ini yang mengalihkan perhatian masyarakat dari informasi yang tepat tentang penanggulangan kanker paru.
Prof. dr. Elisna Syahrudin, PhD. SpP(K), Guru Besar Departemen Pulmonologi Kedoteran Respirasi FKUI.”
“Dan Ketua Kanker Paru, YKI menjelaskan, “Gejala kanker paru mirip dengan penyakit gangguan pernapasan pada umumnya.”
Gejala itu adalah seperti batuk dengan/tanpa dahak, batuk darah, sesak napas, suara serak, sakit dada, sulit/sakit menelan.
Kemudian terdapat benjolan pada pangkal leher, dan sembab di muka serta leher menjadi gejala awal kanker paru.
Maka dari itu, jika mengalami gejala-gejala tersebut, wajib untuk langsung melakukan pemeriksaan mendalam dan segera ke dokter atau rumah sakit terdekat.
MSD yakin momentum Bulan Kesadaran Kanker Paru 2023 adalah momentum yang tepat untuk meluruskan seluruh misinformasi tentang kanker paru di Indonesia.
Sekaligus juga menekankan pesan betapa berharganya tambahan satu hari bagi kita semua, apalagi bagi penderita kanker paru dan keluarganya.
Melalui acara ini, MSD dan YKI menandatangani kerja sama untuk berkolaborasi dalam menyelenggarakan pameran seni.
Pameran bertemakan “Close the Cancer Gap” dalam rangka Hari Kesadaran Kanker Dunia.
Yang akan berlangsung pada 1–4 Februari 2024 di Indonesia Design District PIK 2.