Pemberdayaan Perempuan Dalam Industri Parekraf
BisnisLife.com –Pengembangan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif ‘Parekraf’ harus benar-benar mampu memberdayakan perempuan.
Hal ini agar terwujud keberlangsungan parekraf yang lebih berkualitas dan berkelanjutan.
Hal ini ditekankan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf).
Sekretaris Kemenparekraf/Baparekraf Ni Wayan Giri Adnyani saat kegiatan Nemunin Komunitas (Netas) dengan tema “Pemberdayaan Perempuan dalam Industri Parekraf” di Yogyakarta, Jumat (2/2/2024) menjelaskan:
“Kegiatan ini memberikan ruang dialog untuk komunitas agar saling mendengar, berbagi ilmu.”
“Dan memberikan motivasi agar lebih maju terutama terkait peran perempuan di sektor parekraf.”
“Kami juga berharap ini dapat menyerap aspirasi dan meningkatkan peran perempuan dari sudut pandang pelaku parekraf.”
“Untuk sebuah acara yang sangat penting bagi keberlangsungan sektor parekraf yang lebih berkualitas dan berkelanjutan,” ujarnya.
BACA:
Pesona Pulau Nirup di Kepulauan Riau Jadi Contoh Destinasi Hijau
Pelaksanaan Event Bisa Bangkitkan Pariwisata di Bali
KCIC Hadirkan 2 Intermoda Baru di Stasiun Whoosh Padalarang
Ni Wayan Giri Adnyani menjelaskan, Kemenparekraf berkomitmen untuk memajukan kemampuan dan kualitas perempuan di sektor parekraf.
Hal ini karena perempuan adalah pilar kesejahteraan masyarakat sekaligus penjaga tradisi dan budaya.
“Salah satu kolaborasi yang sedang kami lakukan adalah menyinergikan program Desa Ramah Perempuan.”
“Dan Peduli Anak yang ada di Kementerian PPPA dengan program Desa Wisata yang ada di Kemenparekraf,” ujarnya.
Kepala Biro Komunikasi Kemenparekraf/Baparekraf I Gusti Ayu Dewi Hendriyani menambahkan:
“Di era digital ini, peran perempuan dalam pariwisata dan ekonomi kreatif khususnya di Yogyakarta, sangat signifikan dan beragam.”
“Dengan kekayaan budaya dan sejarahnya, perempuan berkontribusi besar dalam upaya menarik lebih banyak wisatawan dan mendukung pertumbuhan sektor ekonomi kreatif.”
“Tujuan utama dari kegiatan ini yaitu untuk memberdayakan kaum perempuan dan memperbesar kontribusi mereka dalam industri parekraf khususnya di Yogyakarta.”
“Hari ini, kita memiliki 100 peserta yang terdiri dari Ketua dan Pengurus Pimpinan Tinggi (PIMTI) Perempuan Indonesia, perwakilan desa wisata, asosiasi, dan komunitas kreatif lokal.”
Salah satu narasumber Netas, Dosen Program Studi Kajian Pariwisata Yulia Arisnani Widyaningsih menjelaskan:
“Peran pemberdayaan perempuan dalam industri pariwisata yang semakin besar.”
“Ia mencontohkan perempuan pelaku UMKM yang terdampak saat pandemi COVID-19 telah membuktikan berhasil membantu ekonomi dan pendapatan keluarga saat itu dari tiga hingga 10 kali lipat.”
“Ada penelitaian baru yang berbunyi, ‘dari pemberdayaan perempuan menjadi diberdayakan perempuan’.”
“Perempuan itu bahagia kalau dia memiliki kontrol sumberdaya yang dimiliki termasuk kemerdekaan dalam income,” ujarnya.
Direktur ViaVia Travel Yogyakarta Sri Mujiyati menambahkan:
“Dahulu banyak stigma bahwa pariwsata terkotak-kotak, pariwisata itu hanya tentang perhotean saja, pariwisata itu hanya destinasi saja.”
“Wisatwan itu terkadang butuh pemandu wisata perempuan karena wisatawan itu terkadang membutuhkan informasi, interpretasi, story telling kepada wisatawan dari sisi pandangan perempuan.”
“Ini yang menjadi semangat kami untuk mengkaderisasi para pemandu wisata perempuan.”