UMKM

MenKopUKM Ajak 15 Startup Lokal ke Singapura Bertemu Investor

BisnisLife.com – MenKopUKM Teten Masduki mempertemukan 15 startup lokal terkurasi dengan investor atau global venture capital.

Pertemuan ini pada acara DBS New Economy Connect: Navigating Early-Stage Ventures in Asia di Singapura, Kamis (16/5).

Upaya ini disebutnya sebagai salah satu solusi finansial untuk mendukung pertumbuhan startup lokal agar mendunia.

“Pertemuan ini akan membuka kesempatan bagi para startup potensial di Asia, khususnya di Indonesia yang memiliki potensi pengembangan startup yang besar,” kata Menteri Teten.

Sejak 2023 pihak KemenkopUKM mulai merencanakan program startup Go Global dengan menjalin kolaborasi bersama beberapa negara, seperti:

  • Korea, Jepang, Belanda, dan Australia.

Kegiatan seperti ini akan membuka banyak peluang bagi para investor, pemodal ventura atau bank untuk melihat secara langsung:

  • Ekosistem entrepreneur,
  • Kemampuan para startup,
  • Potensi pengembangan,
  • Kebutuhan pendampingan usaha,
  • Jejaring di antara semua pihak yang hadir.

Adapun kelima belas CEO/Founder dari startup terpilih yang hadir antara lain:

  • Dagangan,
  • Bengkel Mania,
  • Djoin, Zendz,
  • Arconesia,
  • Planawood,
  • Qasir,
  • Inspigo,
  • Beli Ayam,
  • Epitlu,
  • Surplus,
  • myECO,
  • MMHC,
  • Silang,
  • Crustea.

“Saat ini kami aktif mendukung para startup untuk mengembangkan usahanya.”

“Karena kami yakin, Indonesia perlu menumbuhkan ekonomi baru untuk menciptakan lapangan kerja yang berkualitas,” ujar Menteri Teten.

Indonesia sendiri menjadi negara keenam di dunia dengan jumlah startup terbanyak.

Di mana terdapat 2.324 startup pada tahun 2022, dan tumbuh menjadi 2.558 startup pada tahun 2023 atau meningkat sebesar 9,15 persen.

“Jumlah startup di Indonesia terus bertambah, berkat program inkubasi dan pendampingan pembiayaan kami telah membina lebih dari 500 startup dalam tiga tahun terakhir.”

“Dengan tujuan memberikan fondasi yang kuat bagi para startup untuk tumbuh dan bertahan,” kata Menteri Teten.

Menurut Menteri Teten, pihaknya kerap menemui startup lokal yang tidak mampu bertahan dalam masa 3-5 tahun awal membangun usaha.

Salah satu penyebabnya adalah kesulitan mengakses pembiayaan.

“Bank konvensional sering kali tidak bisa memberikan dukungan yang dibutuhkan oleh para startup.”

“Di mana startup kerap mengalami kendala dalam mengakses produk perbankan karena persyaratan yang harus dipenuhi.”

“Seperti aset sebagai kolateral, padahal startup belum memiliki aset yang cukup,” ucap Menteri Teten.

Untuk itu, Menteri Teten berterima kasih atas kolaborasi antara KemenKopUKM dengan DBS Digital Economy Group seperti ini.

Yang menurutnya tidak hanya mampu memberikan solusi finansial, tetapi juga mendukung pertumbuhan dan inovasi startup.

Menteri Teten menjelaskan, dinamika perkembangan startup melalui empat fase penting yang harus dilalui, yakni:

  • Kesesuaian solusi masalah, pasar produk, model bisnis, dan keberlanjutan dari waktu ke waktu.

“Untuk melalui fase tersebut, diperlukan dukungan serta pembinaan bagi para startup, termasuk akses terhadap pembiayaan dan pendanaan.”

“Masih banyak startup yang membutuhkan dukungan pembiayaan, terutama pada early stage dan growth stage,” tutur Menteri Teten.

Senada disampaikan, Duta Besar (Dubes) RI untuk Singapura Suryo Pratomo menyampaikan bahwa event semacam ini sangat bagus.

Untuk membangun jejaring agar saling mengenal, mendapatkan masukan dan peluang kolaborasi.

BACA:

“Indonesia melalui KBRI Singapura akan terus bekerja sama dengan seluruh pemangku kepentingan termasuk lembaga keuangan untuk memperkuat ekosistem digital ekonomi kedua negara.”

“Terlebih, Indonesia dan Singapura telah menandatangani MoU on Digital Transformation bulan Februari 2024 lalu,” ujar Dubes Suryo.

Pada kesempatan yang sama, Group Head of Institutional Banking DBS Tan Su Shan menyatakan bahwa ekonomi digital Indonesia saat ini berkembang dengan sangat pesat.

Apa lagi didukung infrastruktur digital yang mumpuni, sistem pendidikan yang transformatif, generasi muda yang melek digital, serta budaya inovasi yang masif.

“Apa lagi, saat ini Indonesia memiliki lebih dari 220 juta pengguna internet, yang menjadikannya salah satu negara dengan pengguna internet terbesar di dunia,” kata Tan Su Shan.

Tan Su Shan menambahkan, dalam mendukung keberlanjutan pertumbuhan di sektor digital, penguatan ide dan pengembangan SDM juga perlu dilakukan secara konsisten, termasuk dalam hal penyediaan modal.

“Indonesia tengah menjadi pasar strategis bagi DBS, dan kami bangga dapat menjadi katalis dalam penguatan jejaring antara startup dan venture capitalists,” tutur Tan Su Shan.

Irfan Laskito

Recent Posts

BAIK ART, SUN Contemporary, dan Galeri Gajah Hadir di Marina Bay Sands pada 17-19 Januari 2025

BisnisLife.com - ART SG, pameran seni internasional terkemuka Singapura dan Asia Tenggara, akan menampilkan 106…

18 jam ago

Komitmen Indonesia pada Pembangunan Berkelanjutan dan Transisi Energi

BisnisLife.com - Pada sesi ketiga Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Brasil pada Selasa, 19…

19 jam ago

OCA Indonesia, Solusi Modern untuk Hubungan Lebih Personal dengan Pelanggan

BisnisLife – Dalam era digital yang serba cepat, hubungan antara pelanggan dan brand tidak lagi…

21 jam ago

Satu Tahun Bank Saqu, Nasabah Hampir 2 Juta Pengguna

BisnisLife.com - Memasuki satu tahun perjalanan, Bank Saqu, berhasil mencatatkan pencapaian positif dengan jumlah nasabah…

23 jam ago

Barang Tertinggal di KAI Senilai Lebih dari Rp11 Miliar

BisnisLife.com - KAI terus berkomitmen untuk memberikan pelayanan terbaik bagi para pelanggan, termasuk melalui layanan…

1 hari ago

Neraca Dagang Oktober 2024 Surplus USD 2,48 Miliar

BisnisLife.com - Neraca perdagangan Indonesia pada Oktober 2024 membukukan surplus sebesar USD 2,48 miliar. Surplus…

1 hari ago

This website uses cookies.