Ketidakpastian Global, OJK Nilai Sektor Jasa Keuangan Stabil
BisnisLife.com – Ketidakpastian global, membuat banyak negara mengawatirkan sektor jasa keuangan negaranya.
Rapat Dewan Komisioner Bulanan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 25 Oktober 2023 menilai sektor jasa keuangan nasional terjaga stabil.
Hal ini didukung oleh permodalan yang kuat, kondisi likuiditas yang memadai, dan profil risiko yang terjaga.
Sehingga meningkatkan optimisme bahwa sektor jasa keuangan mampu memitigasi risiko meningkatnya ketidakpastian global.
Baik dari higher for longer suku bunga global maupun peningkatan tensi geopolitik.
Divergensi kinerja perekonomian global masih terus berlanjut. Di AS, pertumbuhan ekonomi Q3 2023 tercatat meningkat sebesar 4,9 persen (Q1 2023: 2,1 persen).
BACA:
- OJK Dukung Pertumbuhan Ekonomi di Daerah
- OJK Dorong Penguatan Fungsi Audit Internal di Sektor Jasa Keuangan
Dengan pasar tenaga kerja terus membaik dan tekanan inflasi persisten tinggi.
Hal ini mendorong meningkatnya sell-off di bond market AS sejalan dengan meningkatnya ekspektasi suku bunga higher for longer dan juga peningkatan supply UST untuk membiayai defisit AS.
Sementara itu, risiko geopolitik global semakin meningkat seiring dengan konflik Israel dan Hamas, yang berpotensi mengganggu perekonomian dunia secara signifikan apabila terjadi eskalasi di Timur Tengah.
Di Eropa, kinerja ekonomi diprediksi masih mengalami stagflasi.
Sementara itu di Tiongkok, pemulihan ekonomi masih belum sesuai ekspektasi dan kinerja ekonomi yang masih di level pandemi.
Hal ini meningkatkan kekhawatiran bagi pemulihan perekonomian global.
Kenaikan yield surat utang di AS meningkatkan tekanan outflow dari pasar emerging markets termasuk Indonesia.
Hal ini mendorong pelemahan terutama di pasar nilai tukar dan pasar obligasi secara cukup signifikan.
Volatilitas di pasar keuangan, baik di pasar saham, obligasi, dan nilai tukar juga dalam tren meningkat.
Di perekonomian domestik, tingkat inflasi tercatat sebesar 2,28 persen yoy, sejalan dengan ekspektasi pasar sebesar 2,2 persen.
Namun, perlu dicermati tren kenaikan inflasi bahan makanan terutama komoditas beras dan gula di tengah potensi penurunan produksi global akibat El Nino.
Secara umum, daya beli masih tertekan tercermin dari inflasi inti yang kembali turun, serta penurunan indeks kepercayaan konsumen serta kinerja penjualan ritel yang rendah.
Namun demikian, kinerja sektor korporasi relatif masih baik terlihat dari PMI Manufaktur yang terus berada di zona ekspansi.
Dan neraca perdagangan yang masih mencatatkan surplus.