BisnisLife.com – Kementerian Perindustrian ‘Kemenperin’ terus mendorong semakin terbukanya peluang pengembangan usaha dan peningkatan daya saing industri pengolahan rumput laut di dalam negeri.
Hal ini karena pada tahun 2030 untuk produk-produk hilir rumput laut dengan potensi pasar sebesar USD11,8 miliar.
Dengan didukung ketersediaan bahan baku yang melimpah dan peluang untuk pengembangan berbagai produk turunan yang bernilai tambah tinggi, industri pengolahan rumput laut memiliki prospek bisnis yang menjanjikan.
Indonesia merupakan negara penghasil budidaya rumput laut terbesar kedua di dunia.
Sehingga bisa menjadi tempat yang sesuai untuk pengembangan rumput laut, mulai dari proses budidaya sampai dengan proses hilirisasi.
Namun demikian, belum terlihat pertumbuhan yang signifikan untuk ekspor produk-produk hilir rumput laut yang lebih memiliki nilai tambah.
“Karenanya, Kemenperin berkomitmen untuk meningkatkan hilirisasi komoditas rumput laut melalui berbagai kebijakan.”
Hal ini diucapkan ketika mewakili Menteri Perindustrian membuka Business Matching Industri Pengolahan Rumput Laut dengan Industri Pengguna di Jakarta, Selasa (25/6)
Dalam 10 tahun terakhir, ekspor rumput laut kering dari Indonesia masih mendominasi, baik untuk konsumsi maupun bahan baku industri.
Ekspor produk rumput laut kering mencapai 66,61%, sementara rumput laut olahan (karagenan dan agar-agar) masih sebesar 33,39%.
Pada tahun 2023, Indonesia memproduksi 10,7 juta ton rumput laut basah.
Selama ini pemanfaatan olahan rumput laut sebagian besar digunakan untuk produk makanan dan minuman, yaitu sebesar 77%.
Sedangkan untuk farmasi, kosmetik, dan lainnya, baru mencapai 23%.
Sehingga, Kemenperin terus mendorong agar industri ini bisa lebih adaptif terhadap perubahan dan perkembangan pasar.
The Global Seaweed: New and Emerging Market Report tahun 2023 telah mengidentifikasi pangsa pasar baru yang akan berkembang pada tahun 2030.
BACA:
“Untuk itu, diperlukan pengembangan dan inovasi produk untuk mendorong hilirisasi rumput laut menjadi produk-produk potensial tersebut,” tutur Putu.
Pengembangan hilirisasi berbasis sumber daya hayati, salah satunya rumput laut, akan semakin fokus dan berkembang.
Hal ini seiring dengan masuknya komoditas rumput laut dalam tematik pengembangan hilirisasi industri berbasis SDA unggulan pada RPJMN 2025 – 2029.
Salah satu upaya Kemenperin untuk meningkatkan daya saing dan optimalisasi hilirisasi industri rumput laut dalam negeri adalah menjalin sinergi.
Sinergi dengan berbagai K/L melalui afirmasi program dan kebijakan sesuai arahan Presiden dalam rangka percepatan hilirisasi industri rumput laut nasional.
Kerja sama antara industri pengolahan rumput laut dengan industri pengguna, mendorong program sertifikasi TKDN, dan program restrukturisasi mesin atau peralatan bagi industri ini.
Kemenperin menyelenggarakan Business Matching Industri Pengolahan Rumput Laut dengan Industri Pengguna pada 25-26 Juni 2024 di Jakarta.
Hal ini untuk mendorong kerja sama antara industri pengolahan rumput laut dengan industri pengguna.
Ini merupakan business matching kedua untuk industri ini yang digelar Kemenperin.
Pada tahun 2022 lalu, kegiatan serupa telah diselenggarakan dan berhasil mencatatkan transaksi kerja sama sebesar Rp6,3 Miliar.
Dalam kegiatan tersebut juga dihadirkan industri pengguna rumput laut di sektor pangan dan nonpangan.
“Kami menyusun sesi sharing profil perusahaan industri pengolahan rumput laut sebagai media promosi dan pengenalan produk.”
“Dilanjutkan dengan pertemuan antara industri pengolahan rumput laut dengan industri pengguna,” jelas Putu.
Dalam rangkaian agenda Business Matching juga dilaksanakan seminar dengan tema “Future Market Outlook: Seaweed Application for Industry”.
Dengan narasumber dari CBI Belanda, lembaga yang bergerak mendukung Industri Kecil dan Menengah di negara berkembang dan menghubungkannya dengan pasar Eropa dan regional.
Business Matching kali ini ditargetkan mencatatkan transaksi kerja sama sebesar Rp15 miliar setelah kegiatan ini.
“Kami mengharapkan terlaksananya Business Matching ini dapat membuka peluang pengembangan usaha peningkatan daya saing produk dalam negeri.”
“Meningkatkan penggunaan produk dalam negeri, serta mengurangi ketergantungan terhadap bahan baku impor,” tutup Dirjen Industri Agro.
BisnisLife.com - ART SG, pameran seni internasional terkemuka Singapura dan Asia Tenggara, akan menampilkan 106…
BisnisLife.com - Pada sesi ketiga Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Brasil pada Selasa, 19…
BisnisLife – Dalam era digital yang serba cepat, hubungan antara pelanggan dan brand tidak lagi…
BisnisLife.com - Memasuki satu tahun perjalanan, Bank Saqu, berhasil mencatatkan pencapaian positif dengan jumlah nasabah…
BisnisLife.com - KAI terus berkomitmen untuk memberikan pelayanan terbaik bagi para pelanggan, termasuk melalui layanan…
BisnisLife.com - Neraca perdagangan Indonesia pada Oktober 2024 membukukan surplus sebesar USD 2,48 miliar. Surplus…
This website uses cookies.