Kemenperin Dorong Peran Industri Keramik Hingga Semen

0
Ilustrasi pabrik Dekarbonisasi Sektor Industri kemenperin investasi smelter industri makanan pmi manufaktur ekonomi nasional hidrogen

Ilustrasi pabrik Dekarbonisasi Sektor Industri. Sumber: Pexels.

BisnisLife.com – Pemerintah melalui Kemenperin mendorong industri keramik hingga semen untuk mengurangi hambatan di sektok konstruksi.

Kementerian Perindustrian ‘Kemenperin’ aktif berperan dalam peningkatan kerja sama di sektor konstruksi dan bangunan di wilayah ASEAN.

Terutama untuk mengatasi hambatan-hambatan dalam perdagangannya.

Melalui Direktorat Industri Semen, Keramik dan Pengolahan Bahan Galian Non Logam (ISKPBGNL), Kemenperin bersama dengan Kementerian Perdagangan.

Serta Badan Standardisasi Nasional (BSN) hadir mewakili Indonesia dalam Forum Pertemuan Building and Construction Working Group (BCWG) ke-9.

Event tersebut diselenggarakan secara virtual melalui konferensi video pada 16-17 Oktober 2023.

BACA:

Plt. Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil (IKFT) Taufiek Bawazier di Jakarta, Selasa (24/10), mengatakan:

“BCWG merupakan forum teknis di bawah ASEAN Consultative Committee on Standards and Quality (ACCSQ) yang mempunyai fungsi meningkatkan kerja sama.

“Memperkuat infrastruktur teknis, serta mengurangi hambatan perdagangan di sektor konstruksi dan bangunan.”

“Pada forum ini, Kemenperin berperan sebagai focal point Indonesia.”

Sidang BCWG ke-9 kali ini dihadiri oleh delegasi dari seluruh negara anggota ASEAN, yaitu:

  • Indonesia, Brunei Darussalam, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam.

Hadir pula perwakilan dari European Union and Enhanced Regional EU-ASEAN Dialogue Instrument (E-READI).

Selain itu, Korea Agency for Technology and Standards (KATS), Ministry Economic Trade and Industry (METI) Jepang, dan Sekretariat ASEAN.

Sidang tersebut membahas beberapa agenda utama, di antaranya:

  • Rencana kerja ACCSQ-BCWG,
  • Penandatanganan Pengaturan Pengakuan Bersama ASEAN untuk Bahan Bangunan dan Konstruksi (ASEAN Mutual Recognition Arrangements for Building and Construction Materials/MRA BCM),
  • Kerja sama dengan mitra dialog seperti Inggris, Korea, Jepang, dan Amerika Serikat, termasuk proyek E-READI.

Direktur Industri Semen, Keramik, dan Pengolahan Bahan Galian Non Logam, Wiwik Pudjiastuti memaparkan, beberapa hasil sidang BCWG ke-9 meliputi :

  • Pembaruan Matriks Peraturan Teknis Negara-negara Anggota ASEAN atau standar wajib pada sektor bahan bangunan.
  • Konstruksi terkait ruang lingkup MRA BCM seperti baja, kaca, dan semen yang akan diunggah dalam website ASEAN.

Selain itu, pertemuan juga membahas potensi sektor untuk diharmonisasikan di luar ruang lingkup MRA BCM, seperti:

  • Ubin keramik, perlengkapan sanitasi keramik, perancah, pipa baja, serta produk yang memiliki elemen berkelanjutan.

“Indonesia juga telah mempresentasikan status dan tingkat adopsi ASEAN Member States (AMS) terhadap sejumlah standar internasional ISO terkait kaca bangunan,” tuturnya.

Lebih lanjut, Wiwik menyampaikan bahwa BCWG tengah menjalin kerja sama dengan negara mitra dialog seperti Inggris, Korea Selatan, Jepang, dan proyek E-READI.

Terutama dalam hal potensi pengadopsian Eurocodes, yang merupakan serangkaian standar teknis Eropa khususnya untuk bidang struktur bangunan dan konstruksi.

“Untuk kerja sama dengan Korea Selatan, BCWG telah merencanakan knowledge sharing workshop terkait standar konstruksi material secara luring di Seoul, Korea Selatan pada 13-17 Mei 2024 mendatang,” ujarnya.

BCWG juga telah menyepakati kerja sama dengan Jepang untuk topik workshop terkait risk assessment pada sektor building and construction materials.

Hal ini dalam rangka mendukung pelaksanaan rencana kerja ACCSQ-BCWG.

“Sedangkan, untuk kerja sama BCWG dengan Inggris dan Amerika Serikat, AMS diminta untuk memberikan masukan terkait potensi kerja sama pada Oktober 2023,” imbuhnya.

Penandatanganan MRA BCM yang telah dilakukan pada ASEAN Economic Minister Meeting ke-55 di Semarang beberapa waktu lalu juga menjadi salah satu poin penting dalam sidang ini.

“Dengan Penandatanganan MRA BCM, diharapkan tujuan working group untuk mengurangi hambatan regulasi terkait standar dan menjamin kualitas produk regional ASEAN dapat segera terwujud,” ungkap Wiwik.

Sebagai tindak lanjut dari sidang BCWG ke-9, telah dirumuskan beberapa langkah penting, di antaranya:

  • Indonesia akan kembali menjadi lead country untuk mengumpulkan informasi dari AMS mengenai status dan rencana adopsi standar ISO kaca bangunan.

Kemudian, BCWG ke-10 dijadwalkan akan diselenggarakan secara luring di Lao PDR pada tanggal 2-3 Mei 2024.

“Penyelenggaraan BCWG di tahun 2023 menjadi tonggak penting dalam upaya memperkuat kerja sama di bidang bangunan dan konstruksi di seluruh kawasan ASEAN,” tutup Wiwik.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *