Alat Musik Tradisional Khas Pulau Kalimantan
BisnisLife.com – Pulau Kalimantan menyimpan banyak potensi yang menarik untuk terus digali.
Salah satunya adalah memiliki budaya yang sangat kental dan terus lestari hingga saat ini.
Hal tersebut bisa kita lihat dari masih dilakukannya tradisi turun-temurun para leluhur, upacara adat, tarian yang memesona.
Hingga harmonisasi melodi dari alat musik tradisional yang terus dialunkan hingga saat ini.
Menariknya, alat-alat musik tradisional khas Kalimantan sangatlah komplet.
Mulai dari alat musik yang dipukul, dipetik, digesek, hingga ditiup semua ada di Pulau Kalimantan.
Sebagai bentuk pelestarian subsektor musik tradisional di Kalimantan.
Berikut adalah beberapa alat musik tradisional khas dari Pulau Kalimantan yang harus diketahui:
Sape
Bisa dibilang, Sape merupakan alat musik tradisional khas Kalimantan yang cukup terkenal.
Dalam bahasa Dayak, Sape berarti “memetik dengan jari”, sesuai dengan cara memainkan alat musik ini, yakni dipetik.
Sape punya panjang sekitar satu meter, dan terbuat dari kayu pilihan, seperti kayu aro, kayu marong, maupun kayu pelantan.
Uniknya, Sape hanya memiliki dua senar, sehingga hanya mampu memainkan empat tangga nada.
Umumnya Sape dimainkan sebagai musik pengiring tarian dalam upacara adat Suku Dayak.
Menariknya, hampir setiap provinsi di Pulau Kalimantan memiliki Sape khas tersendiri, biasanya dibedakan dari motif-motif Dayak yang ada di badan alat musik petik ini.
Jatung Utang
Sekilas bentuknya mirip Saron, salah satu instrumen pada Gamelan.
Namun, alat musik tradisional khas Kalimantan ini terbuat dari 9-13 kepingan kayu yang diikat tali dan dirangkaikan pada satu kotak kayu.
Umumnya, Jatung Utang terbuat dari kayu lempung dan kayu meranti yang telah melalui proses pengeringan cukup lama.
Jatung Utang khas Kalimantan dimainkan dengan cara dipukul menggunakan dua buah batang kayu, sehingga menghasilkan nada yang bervariasi sesuai panjang dan ketebalan kayu.
BACA:
Tuma
Alat musik tradisional khas Kalimantan yang mirip Tifa dari Papua.
Tuma termasuk dalam alat musik membranofon, karena bunyi yang dihasilkan berasal dari bagian membran.
Sehingga memainkannya dengan cara ditabuh menggunakan telapak tangan.
Ciri khas dari alat musik tradisional Kalimantan ini adalah berbentuk bulat, panjang, dan memiliki lubang di bagian bawahnya.
Panjang Tuma bisa mencapai 120 cm, sehingga sering disebut sebagai gendang panjang. Sedangkan diameter Tuma kurang lebih 20-25 cm dan ditutup kulit lembu.
Serunai
Beralih ke alat musik tradisional khas Kalimantan yang dimainkan dengan cara ditiup, yakni Serunai.
Bentuknya mirip suling, namun pada bagian ujung alat musik ini lebih lebar.
Terbuat dari kayu, Serunai punya panjang kurang lebih 20 cm, dan terdapat empat lubang nada.
Serunai kerap dimainkan sebagai musik pengiring berbagai kegiatan penting Suku Dayak.
Mulai dari pesta perkawinan, penghibur para petani saat memanen padi, hingga pengiring pentas seni Kuntau atau seni bela diri Kalimantan.
Rebab
Kalimantan juga memiliki alat musik gesek, yakni Rebab.
Terbuat dari kayu dan tempurung kelapa yang dibelah sebagai bagian resonator untuk menghasil melodi.
Rebab Kalimantan hanya memiliki dua buah dawai di bagian badannya.
Sekilas mirip biola, alat musik tradisional ini mendapat banyak pengaruh dari budaya Timur Tengah yang masuk ke wilayah Kalimantan, khususnya Kalimantan Utara.
Kini, Rebab menjadi salah satu instrumen pendukung dalam musik pengiring acara-acara adat Suku Dayak di Pulau Kalimantan.
Babun
Sama seperti Tuma, Babun merupakan alat musik tradisional khas Kalimantan yang dimainkan dengan cara ditabuh. Namun, Babun dapat ditabuh di kedua sisinya.
Terbuat dari kayu berbentuk bulat dengan lubang di bagian tengahnya, kedua sisi Babun ditutup membran dari kulit hewan.
Jika dilihat sekilas, Babun mirip dengan ketipung maupun gendang dari Pulau Jawa.
Hal utama yang menjadi pembedanya, Babun biasanya dihiasi dengan ornamen khas Suku Dayak Kalimantan.