Skip to content
BisnisLife.com

BisnisLife.com

"Bisnis & Lifestyle"

Primary Menu
  • Bisnis
  • Finansial
  • Industri
  • Lifestyle
  • Travel
  • Hotel
  • Otomotif
  • Kesehatan
  • Teknologi
  • Home
  • Bisnis
  • Cara Pemerintah Dorong Stabilitas Pertumbuhan Ekonomi Nasional
  • Bisnis

Cara Pemerintah Dorong Stabilitas Pertumbuhan Ekonomi Nasional

Irfan Laskito 2 Agustus 2024
Ilustrasi pabrik Dekarbonisasi Sektor Industri kemenperin investasi smelter industri makanan pmi manufaktur ekonomi nasional hidrogen TKDN produsen alas kaki kualitas data industri emisi

Ilustrasi pabrik Dekarbonisasi Sektor Industri. Sumber: Pexels.

BisnisLife.com – Kebijakan pemerintah memiliki peranan penting dalam mendorong kinerja industri pengolahan untuk menaikkan ekonomi nasional.

Beberapa kebijakan, terutama terkait harga gas industri, pengamanan pasar dalam negeri, dan inflasi memberikan pengaruh signifikan pada kondisi manufaktur di Indonesia, di samping kondisi manufaktur mitra global seperti Tiongkok dan India.

Juru Bicara Kementerian Perindustrian Febri Hendri Antoni Arif pada Rilis IKI Juli 2024 di Jakarta, Rabu (31/7), mengatakan:

“Berdasarkan hasil analisis Tim Indeks Kepercayaan Industri (IKI) Kementerian Perindustrian, industri pengolahan di negara-negara mitra dagang masih mendapatkan banyak dukungan subsidi.”

“Sama halnya di Indonesia, mereka menyadari bahwa industri pengolahan merupakan penopang utama perekonomian yang memiliki multiplier effect yang tinggi.”

“Mulai dari penyerapan tenaga kerja (formal), peningkatan daya beli masyarakat, dan berakhir pada pertumbuhan ekonomi nasional.”

Hingga saat ini, kondisi perekonomian global masih menunjukkan ketidakpastian, meskipun ekonomi Amerika Serikat dan Eropa menunjukkan penguatan yang didukung oleh konsumsi yang kuat dan adanya stimulus fiskal di dua wilayah tersebut.

Di sisi lain, perekonomian RRT diperkirakan tidak akan tumbuh kuat pada tahun 2024.

Meskipun Dana Moneter Internasional (IMF) dalam laporan World Economic Outlook terbaru telah merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi RRT pada 2024 menjadi 5%, naik dari prediksi 4,6% pada April 2024.

Revisi itu terutama dikaitkan dengan membaiknya konsumsi swasta dan kuatnya ekspor pada kuartal pertama 2024 berkaitan dengan mulai meningkatnya permintaan global.

Kondisi inflasi global ditandai penurunan tren inflasi pada sejumlah negara, seperti Korea Selatan, Turki, dan Jerman.

Inflasi Amerika Serikat juga mengalami perlambatan pada Juni 2024, yaitu:

  • Turun ke 3,0% (y.o.y) dari sebesar 3,3% (y.o.y) pada bulan sebelumnya.

Melandainya tingkat inflasi di Amerika Serikat disambut positif oleh pelaku pasar seiring dengan menguatnya prospek pemangkasan level suku bunga Bank Sentral AS, The Fed.

Indeks Kepercayaan Industri (IKI) bulan Juli 2024 mencapai 52,4, atau melambat 0,1 poin dibandingkan Juni 2024.

Meskipun demikian, kondisi ini menunjukkan industri berada dalam kondisi yang ekspansi di tengah kondisi ketidakstabilan perekonomian global.

Dan penurunan permintaan atas produk manufaktur dalam negeri saat ini.

Jika dilihat lebih detail, perlambatan nilai IKI dipengaruhi oleh menurunnya nilai variabel pesanan baru dan masih terkontraksinya variabel produksi.

Nilai IKI variabel pesanan baru menurun 1,86 poin menjadi 52,92, sedangkan variabel produksi meningkat 2,45 poin menjadi 49,44 atau masih kontraksi.

Selanjutnya, nilai IKI variabel persediaan produk meningkat 0,48 poin menjadi 55,53.

Kondisi ini menunjukkan bahwa saat ini pesanan/penjualan di industri pengolahan masih dipenuhi oleh persediaan produk.

Selain itu, di beberapa industri yang pesanan barunya kontraksi, produksi dilakukan untuk menambah tingkat ketersediaan produknya.

Mayoritas industri pengolahan di Indonesia juga masih sangat mengandalkan pasar domestik.

Penurunan pesanan terjadi hampir di seluruh subsektor industri. Dari 23 subsektor, 15 subsektor industri mengalami penurunan pesanan baru.

Hal ini dikarenakan kondisi global yang belum stabil dan penurunan daya beli masyarakat di pasar domestik.

Data Kementerian Tenaga Kerja menunjukkan terjadinya penurunan jumlah tenaga kerja sektor industri atau peningkatan pekerja nonformal.

Sedangkan bila dilihat dari sisi proporsi pengeluaran terhadap pendapatan, terjadi peningkatan konsumsi dan penurunan tabungan.

Sehingga dapat disimpulkan kondisi masyarakat saat ini telah menggunakan tabungannya untuk konsumsi.

Kondisi ini tentu saja berdampak pada pola pembelian barang yang berorientasi harga dan penurunan keberanian untuk berspekulasi mendapatkan kredit pembiayaan.

Sedangkan, para produsen mengeluarkan kebijakan untuk mengurangi produksi. Hal ini menjelaskan nilai IKI variabel produksi yang masih terkontraksi.

“Beberapa faktor lain yang menahan laju ekspansi IKI yaitu pelemahan nilai tukar dan pemberlakuan kebijakan relaksasi impor pasca dibukanya 26.000 kontainer impor yang tertahan di pelabuhan oleh Menko Bidang Perekonomian dan Menteri Keuangan.

Kondisi ini menunjukkan pentingnya peran kebijakan yang sinergis dalam pembangunan industri pengolahan,” ujar Febri.

Lebih lanjut, Febri menjelaskan terdapat 20 subsektor ekspansi dengan kontribusi terhadap PDB industri pengolahan non-migas Triwulan I tahun 2024 sebesar 93,6%.

Ekspansi tertinggi dialami oleh industri peralatan listrik, diikuti oleh industri pakaian jadi, dan industri percetakan dan reproduksi media.

Sedangkan subsektor industri yang mengalami kontraksi adalah industri kertas dan barang dari kertas, industri mesin dan perlengkapan YTDL, dan industri tekstil.

Kontraksi IKI pada industri mesin dan perlengkapan YTDL selaras dengan penurunan impor barang modal bulan Juni 2024.

Hal tersebut merupakan kebijakan pengusaha untuk menahan investasinya di tengah ketidakpastian pasar luar negeri dan dalam negeri.

Ia juga menjelaskan bahwa nilai IKI produk tekstil belum berubah dan justru cenderung turun.

Sehingga upaya pengamanan barang beredar terkait produk industri tekstil dirasa belum berdampak, juga karena satgas barang impor ilegal baru mulai bekerja pada akhir bulan Juli ini.

Saat ini, masih banyak produk ilegal tekstil impor yang beredar sehingga kebijakan perbaikan sistem, pengendalian impor tekstil, dan pemindahan pelabuhan impor perlu segera dilakukan.

Sebelumnya, Menperin telah menyampaikan usul, yang kemudian disepakati oleh Menteri Perdagangan.

Hal ini terkait pemindahan pelabuhan masuk impor untuk tujuh komoditas yang terkena lartas, yaitu:

  1. Tekstil dan produk tekstil (TPT),
  2. Pakaian jadi dan aksesoris pakaian jadi,
  3. Keramik,
  4. Elektronik,
  5. Alas kaki,
  6. Kosmetik, dan
  7. Barang tekstil sudah jadi ke beberapa pelabuhan di luar Jawa seperti di pelabuhan Bitung dan Sorong.

Pemindahan pelabuhan masuk barang impor tersebut terutama diprioritaskan untuk barang jadi pada tujuh komoditas dan bukan barang atau bahan baku dan bahan penolong industri.

Rencana ini akan dibahas di tingkat Rapat Kabinet.

“Perubahan pelabuhan masuk ke kawasan Indonesia Timur juga diharapkan mampu meningkatkan perekonomian pada kawasan tersebut.”

“Dan peningkatan bisnis logistik dan pelayaran dalam negeri,” papar Jubir Kemenperin.

Sedangkan di industri kertas, kontraksi terjadi karena ada pola seasonal pada industri ini. Tahun ajaran baru 2024/2025 telah meningkatkan permintaan atas kertas untuk kepentingan pendidikan di tanah air.

BACA:

  • Kemenperin Tingkatkan Daya Saing Industri Pengolahan Rotan
  • 13 Perusahaan Indonesia Raih Penghargaan ESG Award 2024 dari KEHATI

Produksi industri kertas meningkat sebelum bulan Juli dan kemudian mengalami penurunan pada bulan Juli.

Selain itu, kontraksi juga disebabkan oleh adanya penurunan saing industri kertas dalam negeri akibat banyaknya masuk barang impor dari RRT pasca implementasi Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP).

Pelemahan nilai tukar rupiah juga berpengaruh terhadap biaya produksi karena kenaikan harga bahan baku dan harga energi.

Pengadaan barang dan jasa pemerintah yang mempersyaratkan TKDN dan SVLK juga belum diterapkan, sehingga menambah tekanan pada industri ini pada bulan Juli 2024.

Survei IKI mencatat bahwa optimisme pelaku usaha 6 (enam) bulan ke depan mengalami perubahan arah pada bulan ini, dari 73,5% di Juni 2024 menurun menjadi 71,9%.

Selanjutnya, perubahan arah juga terjadi pada pesimisme pelaku usaha 6 (enam) bulan ke depan yang meningkat dari 5,5% menjadi 6,0%.

Subsektor dengan pesimisme tinggi dan meningkat secara berurutan adalah industri tekstil, industri alat angkutan lainnya, industri mesin dan perlengkapan YTDL.

Dan industri barang galian bukan logam. Sedangkan industri kayu, barang kayu dan gabus pesimismenya masih tinggi tapi menurun.

Kondisi ini menjadi warning dan perlu diwaspadai untuk kondisi sektor industri ke depan.

Febri menambahkan, Kemenperin fokus pada beberapa kebijakan yang dapat meningkatkan optimisme pelaku usaha.

Pertama, untuk industri alat angkutan lainnya serta industri mesin dan perlengkapan YTDL, perlu kebijakan untuk memperkuat nilai tukar Rupiah dan meningkatkan konsumsi maupun investasi.

Lebih lanjut, kelompok industri mesin dan perlengkapan YTDL sangat tergantung pada ekspansi industri penggunanya dan pengadaan barang dan jasa pemerintah.

Sehingga kebijakan relaksasi TKDN akan berdampak pada subsektor ini. Selanjutnya, untuk industri tekstil, diperlukan kebijakan pengendalian impor barang hilir.

Continue Reading

Previous: Penjelasan Kemenperin Tentang 26 Ribu Kontainer Tertahan di Pelabuhan
Next: Industri Fesyen dan Alat Olahraga Juara di Negeri Sendiri?

Related News

Pertamina
  • Bisnis

Pertamina RUPS, Catatkan Pendapatan Rp1.194 Triliun

Irfan Laskito 13 Juni 2025
Ilustrasi Dagang, pelabuhan, kontainer, investasi barang impor nilai ekspor industri halal manufaktur Surplus Neraca Perdagangan kemenperin Linting Kertas Sigaret Tim P3DN impor
  • Bisnis

Indonesia dan Jepang MoU Perdagangan Senilai USD 200,8 Juta

Irfan Laskito 13 Juni 2025
Ekspor Alas Kaki ke India
  • Bisnis

Ekspor Alas Kaki Naik 13,80 persen Dibandingkan Tahun Lalu

Irfan Laskito 13 Juni 2025

YOUTUBE

LIFESTYLE

  • Mandiri Bintan Marathon 2025
    Tiket Mandiri Bintan Marathon 2025 Mulai Rp300.000
    oleh Irfan Laskito
  • anggota KrisFlyer Singapore Airlines ed sheeran konser
    Akses Prioritas Anggota KrisFlyer Konser Jacky Cheung 2025 di Singapura
    oleh Irfan Laskito
  • UNIQLO KIDS - 1
    5 Ide Liburan Sekolah Seru dan Edukatif untuk Si Kecil
    oleh Ochi April
  • Richard Mille RM 43-01 Tourbillon Split-Seconds Chronograph Ferrari
    Richard Mille dan Ferrari Hadirkan Jam Tangan Mewah
    oleh Irfan Laskito

BISNIS

  • Pertamina
    Pertamina RUPS, Catatkan Pendapatan Rp1.194 Triliun
    oleh Irfan Laskito
  • Ilustrasi Dagang, pelabuhan, kontainer, investasi barang impor nilai ekspor industri halal manufaktur Surplus Neraca Perdagangan kemenperin Linting Kertas Sigaret Tim P3DN impor
    Indonesia dan Jepang MoU Perdagangan Senilai USD 200,8 Juta
    oleh Irfan Laskito
  • Ekspor Alas Kaki ke India
    Ekspor Alas Kaki Naik 13,80 persen Dibandingkan Tahun Lalu
    oleh Irfan Laskito
  • Ilustrasi perdagangan perekonomian dunia ekspor ikm furnitur CAEXPO eropa
    Perjanjian Perdagangan Indonesia – Eropa Selesai Tahun 2025, Ekspor Sawit Semakin Mudah
    oleh Irfan Laskito

More News

MOU Tourism Australia Dengan Dwidaya Tour
  • Homepage
  • Travel

Tourism Australia Gandeng Dwidaya Tour untuk Promosikan Wisata Australia di Indonesia

Ochi April 14 Juni 2025
Naik Taksi Green SM berhadiah Hadiah mobil listrik.
  • Teknologi

Naik Taksi Green SM Berhadiah Mobil Listrik VinFast VF3

Arga Putra 14 Juni 2025
Tiket Kereta Cepat Whoosh
  • Travel

Libur Sekolah, Kereta Cepat Whoosh Diskon 50%

Irfan Laskito 14 Juni 2025
Phantom Goldfinger Debut Publik di Concorso D’Eleganza Villa D’Este
  • Otomotif

Phantom Goldfinger Debut Publik di Concorso D’Eleganza Villa D’Este

Irfan Laskito 14 Juni 2025
  • Kebijakan Privasi
  • Redaksi
  • Tentang
  • Kontak
Copyright BisnisLife 2025 © All rights reserved. | MoreNews by AF themes.
Go to mobile version